Jakarta 26/4 – Dalam menyambut hari bakti Pemasyarakatan ke 51, Direktorat Jenderal Pemasyakatan mengadakan kegiatan “Buka-bukaan tentang Pemasyarakatan” di Ditjen PAS, Jl Veteran 11 Jakarta. Dalam acara yang mengundang seluruh media massa yang ada ini Direktorat Jenderal Pemasyarakatan berusaha memberikan penjelasan tentang pelaksanaan tugas dalam melakukan pembinaan, pengamanan dan pengelolaan Lapas dan Rutan. Dirjen Pemasyarakatan I Wayan Dusak menyebutkan masalah terbesar yang dihadapi Lapas atau Rutan adalah masalah narkoba. “ada 50 persen narapidana di lapas terlibat kasus narkoba dan ini menjadi tantangan kita” jelas Dusak. Lebih jauh Dusak mengatakan bahwa Narkoba bukan hanya masalah pemasyarakatan tapi masalah semuanya. Siapa saja bisa kena, siapa saja bisa masuk penjara. Narkoba ini kalau kita hitung lebih dari 50 persen itu terkait narkoba," kata Dusak
Mengenai peredaran narkoba di Lapas Dirjen Pas mengatakan bahwa selama narkoba masih beredar di luar sulit mengontrolnya di dalam. "Masalah narkoba ini kita tahu bisa ada di mana-mana. Sepanjang di luar ada narkoba di dalam pasti ada. Karena tidak ada yang dari dalam dibawa keluar. Kalau ada yang dari dalam asalnya pasti dari luar juga. Seperti dulu ditengarai pabrik di dalam lapas barangnya kan dari luar juga," ujarnya. Dirjen PAS mengatakan bukan berarti PAS berdiam diri banyak hal yang telah dilakukan salah satu upaya pencegahan peredarannya dengan menggunakan anjing pelacak. Tapi kemudian maslah timbul begitu kita pakai anjing ada yang pingsan, protes makanannya diendus. Untuk napi teroris nggak mau sekali ada anjing. Nah ini kan menimbulkan chaos, katanya.
Terkait dengan kurangnya tenaga pengamanan Lapas Dusak juga menyebut sudah mencoba untuk menambah petugas lapas dengan bantuan tentara untuk memperkuat pengamanan. Hanya saja usulan itu tidak disetujui. "Memang persoalan SDM kurang, kita mau pakai tentara dibilangnya orang sipil dijaga tentara itu sadis. Selalu ada tantangannya," kata dia. Tak hanya itu persoalan anggaran juga menjadi hambatan penambahan personel pengawas lapas.
Semua persoalan diatas tidak membuat jajaran ditjen PAS mundur tapi semakin bersemangat untuk terus memperbaiki diri dan terus mengembangkan tehnologi IT baik dalam hal pengamanan maupun antisipasi dampat negatif yang muncul. Pada kesempatan ini juga dijelaskan oleh Dusak produk karya Warga Binaan Pemasyarakatan yang sudah tembus pasar eksport, dan ini akan terus dikembangkan dalam lapas Industri. Diharapkan dari kedepan mereka yang masuk kedalam penjara mempunyai kemampuan atau keterampilan yang bisa dikembangkan di luar. (Ria/dedet. Foto: Yatno, Komar).