Jakarta – Rotasi besar-besaran kembali terjadi di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham). Setelah rotasi terjadi pada eselon I, kali ini rotasi dilakukan pada eselon II atau Pimpinan Tinggi Pratama. Rotasi pada eselon II merupakan kombinasi hasil evaluasi kinerja, dan assessment test/ uji kompetensi yang dilaksanakan beberapa waktu yang lalu.
Dalam amanatnya, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Yasonna H. Laoly berpesan kepada 72 pejabat yang baru dilantik dan tamu undangan yang hadir agar menjadi seorang pemimpin. “Betapa sering orang gagal untuk menjadi pimpinan karena tidak berlaku sebagai pemimpin, melainkan berlaku sebagai bos,” ujar Yasonna H. Laoly pada acara Pengambilan Sumpah Jabatan/ Pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama di Lingkungan Kemenkumham di Graha Pengayoman, Gedung Sekretariat Jenderal, Jakarta, Jumat (27/03/2015).
Menkumham menceritakan, H. Gordon Selfridge adalah pendiri salah satu department store (pusat perbelanjaan) terbesar di dunia yang ada di London. Ia mencapai kesuksesan tersebut dengan menjadi seorang “pemimpin” dan bukan dengan menjadi “bos”.
Apakah perbedaan antara pemimpin dan bos? Menkumham menjelaskan, Gordon Selfridge memberikan perbandingan antara orang yang bertipe pemimpin dan orang yang bertipe bos. “Seorang bos memperkerjakan bawahannya, tetapi seorang pemimpin mengilhami mereka,” tandas beliau.
Lebih lanjut Menkumham mengatakan, seorang bos mengandalkan kekuasaannya, tetapi seorang pemimpin mengandalkan kemauan baik. Seorang bos menimbulkan ketakutan, tetapi seorang pemimpin memancarkan kasih. Seorang bos mengatakan aku, tetapi seorang pemimpin mengatakan kita. “Seorang bos menunjukkan siapa yang bersalah, tetapi seorang pemimpin menunjukkan apa yang salah,” ucap Menkumham.
Kemudian, seorang bos tahu bagaimana sesuatu dikerjakan, tetapi seorang pemimpin tahu bagaimana mengerjakannya. Seorang bos menuntut rasa hormat, tetapi seorang pemimpin membangkitkan rasa hormat. Seorang bos berkata “Pergi!”, tetapi seorang pemimpin berkata “Mari kita pergi!”. “Maka jadila seorang ‘Pemimpin’, dan bukan seorang ‘Bos’,” ujar Yasonna H. Laoly.
Melalui rotasi ini Menkumham berharap, para pejabat yang baru dilantik dapat lebih optimal dalam meningkatkan kinerja. “Saya berharap melalui rotasi kali ini, saudara sekalian dapat berperan lebih optimal dalam meningkatkan kinerja di satuan kerja di mana saudara ditempatkan,” ujar Menkumham.
Kemudian Yasonna H. Laoly meminta kepada Sekretaris Jenderal (Sekjen) dan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) untuk memberikan pembekalan kepada para pejabat yang baru dilantik secara optimal, dengan materi yang mampu menjadi pencerah dan pembangkit semangat para pejabat. “Pembekalan secara optimal diharapkan mampu menampilkan performa sebagai seorang pimpinan tingkat pratama yang tangguh dan menjadi pribadi yang unggul sehingga mampu dan sukses di era keunggulan daya saing,” kata Yasonna H. Laoly.
Sebagai pimpinan tinggi tingkat pratama, lanjut Menkumham, posisi tersebut sangat strategis sekaligus penuh dengan dinamika. Para pimpinan tinggi tingkat pratama dituntut dapat menerjemahkan kebijakan strategis secara arif dengan loyalitas yang tinggi, sekaligus mampu mengelola sumber daya yang tersedia dengan penuh tanggung jawab, serta mengedepankan prinsip-prinsip efisiensi, efektivitas dan akuntabilitas.
“Saya minta kepada saudara-saudara sekalian segera menerjemahkan setiap program dalam kegiatan operasional dengan mengoptimalkan sumber daya yang tersedia, susun agendar yang jelas, laksanakan, dan laporkan,” tambah Menkumham.
Selain itu Menkumham mengingatkan, sebentar lagi akan masuk triwulan ke dua, dan dirasakan belum ada tampilan performa yang dapat dijadikan kebanggaan oleh kita semua. Untuk itu susun kegiatan unggulan yang mampu membawa nama baik Kemenkumham. “Setiap pengabdian akan ada masa berakhirnya, dan sebaik-baik yang ditinggalkan adalah kenangan indah saat kita bisa memberikan pengabdian terbaik bagi bangsa dan negara yang kita cintai ini,” tutup Yasonna H. Laoly. (Zaka, Dok: Zeqi, Asep)