Jakarta - Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) merayakan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW. Imam besar Masjid Istiqlal, KH Nasaruddin Umar hadir sebagai penceramah dalam kegiatan yang diadakan ba’da Sholat jumat tersebut (5/11).
Dalam ceramahnya, Nasaruddin banyak menunjukkan talenta Nabi Muhammad yang layak ditiru oleh seluruh ummat manusia, tidak hanya umat Islam. Diantaranya adalah kapasitas sebagai penegak hukum dengan jiwa besar.
Nasaruddin menceritakan ketika itu ada dua orang konglomerat Yahudi yang cemburu melihat pembangunan masjid di Madinah. Mereka berniat membangun sinagog sebagai tandingan. lokasinya tepat di samping masjid itu dibangun. Hal itu melahirkan pergolakan dan kemarahan di kalangan sahabat nabi. Para sahabat menilai itu tindakan provokasi dan meminta agar pembangunan sinagog dihentikan tetapi orang Yahudi itu bergeming. Hal ini kemudian diadukan kepada Rasulullah.
“Nabi bertanya, siapa yang punya tanah (tempat sinagog dibangun) itu? Tanahnya mereka ya Rasulullah”, kata mantan Wakil Menteri Agama itu mengisahkan peristiwa yang terjadi kepada aparatur sipil negara (ASN) Kemenkumham di Graha Pengayoman, Jakarta.
Karena secara de facto dan de jure tanah memang milik kedua orang Yahudi itu, Nabi mempersilakan mereka melanjutkan pembangunan sinagog.
“Kalau memang itu tanahnya, hak mereka untuk membangun apa saja,” lanjut Nasaruddin dalam kisahnya.
Nasaruddin mengambarkan situasi saat peristiwa itu terjadi cukup memanas. Tetapi dengan kelembutannya Nabi bisa meredam kemarahan para sahabat. Sebaliknya, dengan keteladanan jiwa besar serta nilai-nilai ajarannya, orang Yahudi itu menjadi kagum.
Pada akhirnya, karena tujuan pembangunan rumah ibadah (masjid dan sinagog) adalah sama yaitu untuk meraih kebahagiaan, kedua orang Yahudi itu menghentikan upaya pembangunan sinagog bahkan menyerahkan lahannya kepada Nabi sebagai perluasan pembangunan masjid. Kelembutan Nabi pada akhirnya membuat orang Yahudi itu luluh. Kondisi itu tidak akan terjadi jika kedua belah pihak saling ngotot.
“Jiwa besar bisa mengalahkan ketegangan. Yahudinya berjiwa besar, Nabi Muhammad juga berjiwa besar,” ujar Nasaruddin lebih lanjut.
Imam Besar itu juga menceritakan beragam kisah bagaimana Nabi saat itu mampu menciptakan kesadaran hukum terhadap masyarakatnya sehingga aparat hukum tidak perlu mengejar, tetapi pelaku pelanggaran yang menyerahkan diri.
“Ini situasi yang disampaikan kepada kita bahwa Nabi berhasil membangun kesadaran hukum dalam masyarakat sampai pelaku pelanggar hukum itu datang untuk menyerahkan diri. Bukan sembunyi, bukan kabur, bukan lari,” terangnya lebih lanjut.
Kisah Nabi itu memberikan pelajaran kepada kita bahwa kepastian dan kesadaran hukum sangat penting. Penegakkan hukum tidak harus dengan cara kekerasan, tetapi dengan jiwa besar dan keteladanan.
Potensi kesadaran tersebut, menurut Rektor Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur'an itu, sangat mungkin terjadi di Indonesia.
Dalam kapasitasnya sebagai kelompok ahli Badan Nasional Penangulangan Terorisme, Nasaruddin pernah diundang ke berbagai penjara di Saudi Arabia. Dalam kesempatan itu ia mendapat penjelasan dari kepala penjara dimana orang asing paling banyak di negara itu adalah warga Indonesia. Tetapi orang asing yang paling sedikit masuk penjara adalah orang Indonesia juga.
Kondisi ini juga dapat dilihat dari prilaku jamaah haji dimana Indonesia memiliki jamaah paling besar, seperlima dari seluruh jamaah yang ada.
“Setiap tahun pemerintah kita mendapat hadiah dimana jamaah haji Indonesia adalah jamaah yang paling rapih, paling santun dan paling sedikit pelanggarannya. Padahal jamaah haji Indonesia paling besar, seperlima dari seluruh jamaah haji yang ada,” katanya lagi.
Diluar konteks sebagai penegak hukum, KH. Nasaruddin Umar juga mengungkapkan talenta-talenta lain yang dimiliki oleh Nabi Muhammad yang mungkin jarang diketahui publik. Diantaranya, Nabi adalah seorang atlit pegulat yang mampu mengalahkan juara gulat tradisional Arab.
Nabi juga adalah seorang seniman atau minimal pecinta seni. Karena itu, Imam al Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumiddin, mengatakan seni sangat penting. Orang yang tidak memiliki seni dikhawatirkan jiwanya kering. Orang yang jiwanya kering, berorientasi melakukan kekerasan.
“Tentu saja, seni disini adalah seni yang medekatkan kita kepada Tuhan, bukan Iblis,” tegasnya.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, Kementerian Hukum dan HAM selalu memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Tetapi karena situasi masih pandemi, kementerian di bawah kepemimpinan Yasonna Laoly kali ini merayakannya secara terbatas. Namun demikian, kegiatan ini disiarkan secara langsung melalui aplikasi Zoom, dan streaming Youtube agar dapat diikuti oleh seluruh pegawai di lingkungan Kemenkumham di 34 provinsi. Adapun tema peringatan tahun ini adalah "Spirit Maulid Nabi Muhammad SAW menebar empati, memperkuat silaturahmi, mewujudkan Insan Pengayoman yang semakin Ber-AHLAK".