Jakarta - Berbagai peristiwa yang terjadi belakangan ini menjadi suatu sinyal kuat bagi pimpinan dan pegawai Kementerian Hukum dan HAM bahwa menjadi seorang Aparatur Sipil Negara( ASN) ternyata tidak semudah yang kita bayangkan. Hal tersebut disampaikan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Yasonna H. Laoly saat membuka sekaligus memberi arahan kepada peserta Diklat Kader Kepemimpinan Angkatan V dan VI Calon Pimpinan Tinggi Pratama Kemenkumham di Lounge Lt.7 Kemenkumham. (18/5/2017).
Menkumham berpesan kepada para kader pimpinan tinggi pratama di kemenkumham agar berfikir ekstra untuk bertahan dan mempertahankan kebenaran yang memang tidak mudah ditengah keterbatasan sarana dan prasarana serta kemampuan SDM yang terbatas serta permasalahan yang semakin kompleks. ”Pengetahuan formal saja tidak cukup, tetap dibutuhkan pengetahuan informal dan kekuatan mental spiritual untuk menghasilkan kerja yang prima,’Ujar Yasonna.
attitude, skill, mampu melakukan pendekatan sistem serta mempunyai spiritual yang baik merupakan hal yang harus dipunyai seorang pemimpin. Selain itu pemimpin juga harus peka, sensitif dan harus punya empati. “Kepekaan dan sensitivitas serta empati tidak akan saudara miliki kalau hanya duduk dibelakang meja, karena proses hubungan langsung dengan orang lain itulah yang akan membentuk perasaan empati” tambahnya.
Menkumham juga menekankan agar senantiasa berusaha menciptakan suatu inovasi dan terobosan untuk memberikan yang terbaik kepada seluruh stakeholder.” Menjadi pemimpin itu berbeda dengan menjadi seorang Boss. Jadilah pemimpin yang handal, mampu beradaptasi dan mengatasi segala bentuk hambatan serta tantangan. Menkumham berharap kepada para pimpinan di kemenkumham untuk membiasakan diri terjun langsung ke lapangan agar dapat berinteraksi dan melihat lansung kondisi yang terjadi di wilayah kerjanya.
“Seorang Boss mempekerjakan bawahannya, tetapi seorang pemimpin mengilhami bawahannya,
Seorang Boss mengandalkan kekuasaannya, tetapi seorang pemimpin mengandalkan kemauan baik,
Seorang Boss menimbulkan ketakutan, tetapi seorang pemimpin memancarkan kasih,
Seorang Boss mengatakan ‘aku’ tetapi seorang pemimpin mengatakan ‘kita’
Seorang Boss menunjukkan siapa yang bersalah, tetapi seorang pemimpin menunjukkan apa yang salah.
Seorang Boss tahu bagaimana sesuatu dikerjakan, tetapi seorang pemimpin tahu bagaimana mengerjakannya.
Seorang Boss menuntut rasa hormat, tetapi pemimpin membangkitkan rasa hormat.
Seorang Boss berkata ‘pergi’, tetapi seorang pemimpin berkata ‘mari kita pergi’, mari kita sama-sama menjadi pemimpin yang baik.”Ujar Yasonna mengutip tulisan Harry Gordon Selfridge. (Komar, Foto: Asep).