Jakarta - Mewakili Wakil Presiden Jusuf Kalla, pada Konferensi Asian Mediation Association ke-5 di Hotel Le Meredien Jakarta, Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Laoly (24/10), menyatakan optimismenya konferensi ini sebagai salah satu upaya mewujudkan masyarakat damai, Indonesia yang terbebas dari segala bentuk kekerasan, diskriminasi dan pertikaian sosial melalui mediasi.
“Saya percaya bahwa dengan mengedepankan nilai-nilai keadilan, keterbukaan, inklusivitas, supremasi hukum, pemerataan dan demokratis di semua lini kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan, kita dapat melepaskan diri dari pertikaian-pertikaian yang ada, dan menjadi bangsa yang kuat dan kelak sejajar dengan bangsa manapun juga”, tukas Menkumham yang juga berkesempatan bermain angklung bersama Fahmi Shahab, AMA Chairman Indonesia, beserta para undangan yang hadir.
Menurut Menkumham, kesadaran untuk mewujudkan perdamaian abadi dan keadilan sosial itu bukan tanpa alasan karena kemerdekaan diperoleh ini bukanlah hadiah dari penjajah, melainkan diperoleh dengan pengorbanan jiwa dan raga yang begitu besar dari putra-putri terbaik bangsa. “Berabad-abad lamanya kita dijajah, terbelenggu dalam alam kebodohan, kemiskinan, keterbelakangan, bahkan sesudah kemerdekaan pun, kita masih menghadapi berbagai bentuk kekejaman dari bangsa lain, pengorbanan bangsa Indonesia tersebut kiranya dapat menjadi renungan bagi kita semua pada saat sekarang ini”, ujarnya.
Untuk itu Menteri mengapresiasi terselenggaranya konferensi ini karena pada dasarnya mediasi merupakan suatu cara penyelesaian secara damai. “Proses mediasi telah banyak menyelesaikan konflik secara damai, bukan hanya di Indonesia tetapi juga di dunia. Mediasi itu sendiri sebenarnya merupakan cara penyelesaian sengketa yang bukan baru di Indonesia. Mediasi di kenal di masyarakat adat Indonesia dengan istilah penyelesaian secara musyawarah”, katanya lagi.
Sementara itu dalam laporannya Fahmi Shahab, Chairman AMA melaporkan Konferensi ini dihadiri lebih dari 300 peserta yang datang dari 17 Negara, tidak saja dari negara-negara Asia, tapi juga dari luar Asia, antara lain Philipines, Australia, Singapore, UK, India, Fiji, Malaysia, Bangladesh, Thailand, China, Republic of Korea, Serbia, USA, Hongkong, Ukraina, UEA, dan Islamic Republic of Iran.
“Saya berharap acara ini bisa dimanfaatkan menjadi ajang tukar pikiran dan networking diantara para Mediator”, tutur Fahmi.
Selain itu kata Fahmi, acara ini juga mendapat dukungan dari Pemerintah provinsi DKI, PT. Telkom, PT. SMART, BANI, PERADI, ICCA, AHP Lawfirm, International Mediation Institute, Yuridis.id, university partner diantaranya UGM, Universitas Prasetiya Mulya, Universitas Paramadina, dan UNTAR. (Bowo, Foto: Dudi)