Tangerang - Seiring berkembangnya teknologi, masyarakat bisa dengan mudah dan cepat mendapat informasi. Namun, derasnya arus informasi tentu harus dibarengi dengan kesiapan seseorang dalam menyikapinya, bagaimana seseorang memiliki ketahanan informasi yang baik sehingga tidak diterpa badai hoax dan menimbulkan perpecahan antar sesama manusia.
Sejalan dengan hal tersebut, Kementerian Komunikasi dan Informatika melalui Forum Tematik Badan Koordinasi Hubungan Masyarakat (Bakohumas) menyelenggarakan diskusi panel dengan tema Peran Strategis Sinergi Lembaga Penyiaran Publik Lokal (LPPL) dan Radio Republik Indonesia (RRI) Dalam Membangun Ketahanan Informasi Daerah dan Nasional, Rabu (28/08). Tema tersebut diangkat menyesuaikan dengan kondisi terkini dimana informasi sering kali dibuat melenceng dari fakta.
Forum Tematik Bakohumas sendiri dianggap penting untuk menjadi media dalam menyebarkan informasi kepada publik melalui humas kementerian/lembaga. Sebagai salah satu kementerian yang tergabung dalam Bakohumas, humas Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia turut serta menjalin solidaritas antar humas pemerintah untuk saling berbagi informasi sebagai bahan merumuskan kebijakan di instasi pemerintah.
Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional, Brigjen TNI Budi Pramono, mengungkapkan ada tiga pilar penting yang harus dimiliki demi ketahanan informasi. "Untuk membentuk ketahanan informasi yang kuat, ada tiga pilar yang harus kita kuasai yaitu infrastruktur yang mumpuni, suprastruktur, dan sumber daya manusia yang unggul," ujar Budi selaku narasumber dalam forum tersebut. Budi juga menambahkan apabila ketahanan informasi Indonesia kuat, otomatis ketahanan nasional pun kuat karena rakyat tidak akan mudah terpecah, karena masyarakat semakin sadar dan mampu memilah mana berita yang benar dan tidak.
Budi juga berharap masyarakat bersatu demi terciptanya kesadaran informasi menghadapi ancaman dari sektor manapun. "Jangan asal sebar berita tanpa tahu kebenarannya. Kita harus mampu membaca lingkungan strategis, siap menghadapi perang modern di era globalisasi, harus sadar terhadap dinamika media sosial yang saat ini dapat menjadi sumber perpecahan jika tidak dimanfaatkan dengan bijaksana," tutup Budi.