Jakarta - Bertepatan di hari ulang tahun yang ke-70, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham), Yasonna H. Laoly, meluncurkan buku “Biografi Politik 70 Tahun Yasonna H. Laoly: Anak Kolong Menjemput Mimpi”. Buku biografi politik ini ditulis cukup komprehensif, dengan penekanan pada jejak-langkah Yasonna H. Laoly sebagai politisi dan pejabat pemerintahan.
Yasonna mengisahkan ihwal penyusunan buku biografi yang terdiri dari tujuh bab ini dibuat atas inisiasi sahabatnya Wakil Ketua MPR RI, Ahmad Basarah. Hal tersebut disampaikan Basarah saat keduanya usai menghadiri sidang terbuka promosi Doktor Ketua MPR RI Bambang Soesatyo di Universitas Padjadjaran, Bandung, 28 Januari 2023.
“Berawal dari pertanyaan beliau tentang apa rencana saya pada peringatan ulang tahun ke-70 nanti, lalu saya menjawab tidak ada acara khusus kecuali syukuran bersama keluarga, anak dan cucu,” ujar Yasonna di Graha Pengayoman Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham), Jakarta.
Kemudian, lanjut Yasonna, Basarah bertanya lagi, “Sebagai seorang politisi, akademisi, dan eksekutif di pemerintahan, Bang Laoly sangat layak saat memasuki usia 70 tahun untuk menulis buku tentang pemikiran dan perjalanan perjuangan politiknya,” ujarnya menirukan ucapan Basarah.
Akhirnya disusunlah buku biografi ini secara tematis dan kronologis. Mulai dari kehidupan masa kecil dan remaja Yasonna H. Laoly di Sibolga, Tapanuli Tengah, kemudian sebagai akademisi, politisi, hingga memimpin Kemenkumham.
Presiden Republik Indonesia kelima sekaligus Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Prof. DR. (H.C.) Megawati Soekarnoputri yang hadir dalam kesempatan ini turut berbahagia atas launching buku biografi Yasonna H. Laoly.
“Mari kita kembali pada norma-norma ideologi bangsa. Mengikuti ketatanegaraan kita, (karena) sudah jelas sumber dari segala perundangan itu adalah Pancasila, implementasinya adalah Bhinneka Tunggal Ika,” ujar Megawati.
Sementara itu Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Puan Maharani banyak mengisahkan tentang kebersamaannya bersama Yasonna H. Laoly semasa dirinya menjabat sebagai menteri dalam kabinet pemerintahan.
“Banyak hal yang saya bersama-sama dengan Bang Laoly, dan menteri-menteri kabinet yang berasal dari PDIP, memperjuangkan sesuatu bukanlah hal yang mudah, dinamika naik turun. Seperti misalnya memperjuangkan hari kelahiran Pancasila,” kata Puan.
Sedangkan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI), Bambang Soesatyo mengatakan bahwa Yasonna H. Laoly ini bukanlah lelaki biasa.
“Pak Laoly bukan politisi biasa, melainkan juga sebagai akademisi, guru besar, dan penyanyi. Istimewa, karena sebagai akademisi kebijakan-kebijakannya pasti memiliki bobot yang berbeda bila dibandingkan dengan politisi atau birokrat biasa,” ucap pria yang akrab disapa Bamsoet ini.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy yang turut hadir mengaku bahwa dirinya kurang layak untuk memberi sambutan mewakili jajaran menteri dalam kabinet.
“Saya belum cukup lama berinteraksi dengan Pak Laoly. Namun kita banyak kesamaan, yaitu sama-sama berlatar belakang aktivis dan dosen, sehingga frekuensinya sama, kemudian responsif, mudah diajak bekerja sama, dan paham betul menangani masalah kenegaraan,” kata Muhadjir.
Biografi politik ini diterbitkan Penerbit Buku Kompas dan disusun oleh tim penulis yang dikoordinasi Imran Hasibuan. Setelah acara peluncuran hari ini, cetakan pertama buku ini akan didiskusikan di sejumlah kampus di tanah air, serta akan didistribusikan di jaringan toko buku Gramedia.