Wamena – Kepemimpinan bukan bagaimana kita mengatur orang lain, namun bagaimana kita mengatur diri sendiri agar bisa diikuti oleh orang lain. Demikian sepenggal kutipan kata mutiara yang seakan menggambarkan sosok seorang pria dari timur yang sangat ramah, sederhana namun berwibawa. Yusak Bin Sabetu, mutiara hitam dari Papua, seorang Kepala Lembaga Pemasyarakatan (Kalapas) Kelas IIb Wamena, Papua.
Hal tersebut didapat dari momen pertama saat bertemu di Bandara Wamena, saat menjemput, menerima, dan mendampingi rombongan Kunjungan Kerja Staff Ahli Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Bidang Reformasi Birokrasi ke Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Rabu, (13/09/2017).
Kota Wamena, sebuah kota kecil di Papua dengan Luas wilayah 249,31 km persegi, dengan Jumlah Penduduk 48.640 orang dan terletak di tengah pegunungan Papua, dikelilingi bukit Jayawijaya dan berada di Lembah Baliem, kota ini hanya bisa ditempuh dengan transportasi udara apabila cuaca mendukung. Bisa dibayangkan perjalanan satu jam yang harus ditempuh menuju kesana. Walau jauh dari pusat kota, disana ada satu bagian keluarga Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) yaitu Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas IIb Wamena.
Kesan ramah dan wajah yang sangat terbuka dari pegawai serta penghuninya, tergambar saat Kalapas membuka pintu sambil menjelaskan satu persatu bagian Lapas ini. Kesederhanaan yang belum tersentuh teknologi, namun tidak mengurangi Standar Bangunan Lapas terlihat dari pintu screening yang harus dilalui pengunjung. Bagian pemeriksaan ini masih berupa ruangan berjalan dengan besi-besi yang melintang untuk dilewati setiap orang yang akan berkunjung ke Lapas ini.
Saat ini Lapas Klas IIb Wamena dihuni oleh 69 orang narapidana, 28 orang tahanan, sehingga jumlah total penghuni 97 orang narapidana, 2 orang diantaranya parapidana perempuan, dan narapidana beresiko 1 orang pasal 187 dengan kasus bom molotov.
Lapas ini juga melaksanakan berbagai program pembinaan untuk narapidananya diantaranya: Budidaya ternak lebah madu; Pembuatan sari buah merah; Jasa pencucian motor/ mobil; Kantin lapas; Ternak itik; Berkebun sayur-sayuran; Serta bengkel pertukangan kayu/ las.
Pembinaan mental rohani juga di berikan, dari berbagai Gereja silih berganti di setiap sore pukul tiga sampai dengan pukul lima, serta ibadah minggu pagi. Bagi narapidana muslim setiap hari Jumat ada ceramah dari pembina Masjid Wamena. Tak ketinggalan olah raga untuk narapidana seperti volley ball, futsal, serta bulutangkis sebagai sarana pembinaan di Lapas ini.
Melihat kondisi Wamena yang masih kuat dipengaruhi adat-istiadat, serta berbekal pengalaman kejadian di tahun 2015, dimana 26 orang tahanan kabur dari lapas ini, Yusak bin Sabetu memimpin lapas ini dengan penuh kehati-hatian dan kesungguhan hati, menerapkan aturan dengan disiplin, memberikan semangat serta contoh-contoh yang baik kepada pegawai maupun narapidana, serta mensosialisasikan setiap perintah baru dengan penuh kesabaran dan ketekunan.
“Modal saya hanya jujur, disiplin dan memahami seluk beluk adat istiadat dan budaya yang ada disini, serta berkomunikasi dengan tim saya, dan aparat hukum tidak pernah saya tinggalkan,” beber Yusak yang tidak segan untuk turun tangan dalam kegiatan di lapas.
Yusak berharap, Lapas Kelas IIB Wamena selalu aman terkendali, dan berterima kasih kepada Staf Ahli Menkumham RI Bidang Reformasi Birokrasi Haru Tamtomo bersedia mengunjungi Lapas Wamena.
“Semoga Lembaga Pemasyarakatan ini selalu tetap kondusif dan terjaga keamanannya. Saya sangat berterima kasih dan bangga kepada orang tua saya, Pimpinan di Kementerian ini berkenan mengunjungi Lapas Wamena, dan ini baru yang pertama kalinya,” ucap Yusak sambil menutup pintu serta mengantarkan rombongan meninggalkan Lembaga Pemasyarakatan Klas IIb Wamena. (yay edit.zaka)
|