Jakarta - Menghabiskan masa kecil dengan hidup susah dan penuh kesederhanaan sudah menjadi hal yang biasa bagi seorang anak bernama Yasonna Hamonangan Laoly. Ketika meluncurkan sebuah buku yang membagikan pengalaman hidupnya selama 70 tahun, si anak kolong ini bercerita tentang sekelumit kisah perjalanan hidupnya.
Cerita itu dimulai dari sebuah dusun yang bernama Sorkam, sebuah kampung kecil yang terletak di Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Yasonna yang bapaknya adalah seorang polisi dan dianggap sebagai tokoh Nias di Sibolga dan Tapanuli Tengah itu, sangat sering tidur di kolong. Entah itu kolong meja, kolong bangku, dan paling sering kolong tempat tidur.
"Ini bukan disengaja, karena memang banyak tamu, banyak saudara, dan siapapun datang ke rumah kami menceritakan masalahnya, lalu juga menginap, karena banyak hal. Padahal rumah kami kecil, maklum rumah dinas asrama polisi di Sibolga," kata Yasonna saat menjadi pembicara kunci pada acara Bedah buku “Anak Kolong Menjemput Mimpi: Biografi Politik 70 Tahun Yasonna H. Laoly”.
Apalagi, jika tamu yang hadir adalah pendeta. Maka harus ada uang untuk membeli ayam dan bumbu-bumbu. Membayangkan hal tersebut lantas membuatnya pusing, terlebih lagi ibunya.
"Bapak memang sangat menghormat tamu, juga pendeta, yang harus dilayani dengan baik, tidak boleh tidak, tidak ada tawar menawar," ujar Yasonna di Universitas Kristen Indonesia.
Saat dirinya diminta Presiden Joko Widodo untuk menjadi Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham), ia pun dengan rendah hati menerimanya. Saat itu Yasonna berpikir bahwa ini adalah sebuah tantangan dan ia harus berbuat sesuatu untuk negeri ini.
"Saya ini sudah terbiasa dengan tantangan, juga hidup susah dan sederhana sejak kecil," kata Laoly, Kamis (20/07/2023) siang.
Kenangan sebagai anak kolong, membuatnya tertempa untuk menjadi pribadi yang mandiri, berempati, tapi juga tegas dan profesional. Selain memperoleh contoh dari orang tua, nilai lain yang sangat ia junjung tinggi, yaitu integritas, lebih tajam lagi digembleng pada dirinya sejak di bangku kuliah.
Pengalaman hidup Yasonna yang sangat berwarna, seperti dapat menempuh pendidikan tinggi hingga strata tiga (S3), menjadi dekan Fakultas Hukum (FH) Universitas Nommensen, menjadi politisi sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI), lalu terakhir menjadi birokrat sebagai menteri, dijalani dengan penuh rasa syukur.
"Ini sebagai perintah Tuhan yang suci, agar saya terus berusaha memanfaatkan potensi diri yang diberikan Tuhan untuk kebaikan, memberi manfaat pada masyarakat," ucap ayah dari empat orang anak ini.
"Jika kita bawa nama Tuhan dalam setiap langkah dan pekerjaan kita, maka kita akan selalu berpikir tentang kebaikan, menghindari keburukan, dan yang terpenting kita akan merasa selalu dilindungi dan ditolong Tuhan," sambungnya.
Diakhir sambutannya, Yasonna mengajak semua yang hadir dalam kegiatan ini, untuk tetap bersemangat, jangan mudah lelah dalam memperbaiki diri dan lingkungan kita.
"Jika kita memiliki keinginan kuat dari dalam hati, maka seluruh alam semesta akan bahu-membahu untuk mewujudkannya," tutupnya seraya mengutip perkataan Bung Karno.
Selain menghadirkan menkumham, kegiatan ini juga mendatangkan tiga pembicara lain, yaitu Hakim Mahkamah Konstitusi RI periode 2003-2006 Maruarar Siahaan, Wakil Ketua MPR RI Arsul Sani, dan wartawan senior Kompas J. Osdar. (TTK, foto: Ajay)